Kamu Memang Miliknya

KMM part 4

“Aku ikut kepanitiaan pensi ini karena ada kamu.”

“Aku juga suka padamu. Aku ingin kau menjadi pacarku!”

Apa? Tom ternyata masih menyimpan serpihan-serpihan perasaan padanya. Dia masih menyukainya. Mendengarnya saja membuat Rhonda berada di saat yang paling nyaman dalam hidupnya.

“Tapi … itu kan dulu. Sebelum aku bertemu dengan Manda. Sekarang dialah yang paling aku sukai melebihi siapa pun. Melebihimu,” kata Tom yang kemudian melepas pelukannya.

Rhonda terkejut mendengar ucapan cowok itu barusan.

“Kau terlambat Rhonda. Kau terlambat lima tahun untuk mengungkapkan perasaan itu padaku dan sekarang aku telah menyukai orang lain,” jelasnya sambil menatap Rhonda lekat-lekat.

Mendengar ucapan dan melihat wajah Tom, air mata yang telah berhasil dibendung Rhonda sedari tadi pun berlinang untuk kedua kalinya. Dia tak kuasa telah ditolak oleh orang yang dulu bahkan mengejar-ngejarnya. Cepat-cepat dia mengusap air mata yang tidak seharusnya keluar saat itu.

“Tom? Maukah kau memelukku sekali lagi? Untuk yang terakhir lagi,” pintanya.

“Well, mungkin ini bukan yang terakhir,” pikir Tom.

Dia pun memeluk Rhonda dengan perasaan yang sedalam-dalamnya dan membuang perasaan pada cewek itu sejauh-jauhnya.

“Yang sudah ya sudah. Untuk apa disesali?” ucap Rhonda melepas pelukannya lalu berbalik meninggalkan Tom.

Beberapa langkah dia menoleh pada cowok itu dan berkata, “Oh ya Tom. Seleramu itu payah!” kemudian melangkah lagi.

Hasil gambar untuk isi cutter

Source: www.cendanamart.cendanacampus.com

Manda yang sedari tadi menonton drama mereka berdua kini kedua bola matanya tak lepas merekam setiap senti gerakan Rhonda dengan tangan mengepal. Bagaimana tidak? Kau melihat kekasihmu memeluk cewek lain tanpa seizinmu. Rekaman peristiwa beberapa menit itu tak bisa dihapus dari otaknya. Setiap detiknya tersimpan di saraf-saraf halus di dalamnya selamanya. Matanya pun terhenti tepat di pintu kelabu kamar mandi perempuan tepat dimana senpai kesayangannya masuk setelah beberapa menit dia mengekorinya. Kini kesempatannya untuk menyingkirkan si kecoa yang susah dibasmi itu datang. Dia mengambil cutter mini yang biasa dipakainya untuk menyobek kertas di tempat pensilnya. Tak tahu apa yang akan dilakukannya dengan sebilah besi tipis itu pada Rhonda. Yang jelas akal sehatnya sudah terkuasai oleh rasa cemburu pada cewek yang berambut hitam legam itu.

Hasil gambar untuk wastafel kamar mandi

Source: desaincantik.com

Terdengar pintu kamar mandi dibuka. Saat itu suasananya memang begitu mendukung. Sekolah sudah sepi. Di kamar mandi itu hanya ada Manda dan Rhonda. Manda menunggu sejenak untuk mengatur napasnya. Hingga pintu kamar mandi terbuka.

Rhonda memasang mimik terkejut karena ketika masuk tadi hanya dia sendirian. Tak ada orang lain. Namun sekarang terlihat sosok gadis dengan rambut terurai menghadap ke cermin wastafel. Postur tubuh yang imu-imut itu, sudah pasti dia Manda. Rhonda melihat ke bawah, terlihat tangannya membawa …

Astaga! Apa yang akan dilakukannya dengan cutter itu? Tenang. Di saat seperti ini aku harus tenang. Cukup kabur dan tak melihat apa-apa, batin Rhonda seraya berjalan perlahan menuju pintu keluar.

“Senpai! Apa senpai ingin aku merobek-robek tas ini beserta seluruh isinya?” teriak Manda mengagetkannya.

Ternyata Manda sudah mengambil korban. Tas miliknya yang didalamnya berisi buku-buku, kucir, pita, sisir dan alat sekolah lainnya. Dia hanya bisa diam membisu dan menunggu nasib pahit yang akan menimpanya.

“Senpai ini tidak menyerah juga ya? Sudah berulang kali aku memperingatkan senpai tapi tetap saja mengejar-ngejar Onii-chan. Senpai kan juga sudah tahu kalau dia itu milikku. Aku satu-satunya cewek yang boleh deket-deket sama dia. Tapi kenapa? Kenapa? Selalu saja senpai. Yang digendong, yang dipeluk. Sebenarnya saat itu senpai mikir nggak sih kalau Onii-chan itu sudah punya pacar?” mata Manda mengarah ke pantulan bayangan Rhonda yang tengah menunduk di cermin.

Hening. Hanya suara gemericik air yang jatuh ke dalam bak mandi.

“Kalau tendangan di parkiran itu tidak membuatmu jera. Mungkin ini akan menyelesaikannya!” teriak Manda kemudian berbalik dan mengarahkan besi tajam itu ke arah Rhonda.

Secepat mungkin tangan Rhonda menangkisnya dan menangkap tangan adik kelasnya itu kemudian menguncinya. Perkelahian sengit pun terjadi. Masing-masing saling bertahan.

“Manda! Apa kau ini gila?” bentak Rhonda.

“Senpai yang gila! Senpai pengganggu hubungan orang!” teriak Manda tak mau kalah.

Kumohon, cepatlah …, batin Rhonda.

“Manda!” teriak Tom di pintu kamar mandi.

Perhatian Manda mengarah pada wajah pacarnya yang serius. Matanya melotot lebar menyadari kehadiran Tom. Pada saat itulah Rhonda mendorongnya hingga terpeleset dan punggungnya terantuk wastafel. Gadis itu lalu terjatuh dan kepalanya berdarah karena terbentur lantai. Manda pun pingsan.

“Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Tom  masih tak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi.

“Aku membela diriku. Lihat. Dia ingin menyakitiku dengan cutter itu.”

“Jadi tadi kau SMS dan berkali-kali missed call aku untuk melihatnya kau sakiti?”

“Justru aku ingin memperlihatkan padamu kalau dia juga punya sisi seperti itu kalau sudah cemburu akut. Dengar Tom! Sekarang bawa dia ke UKS! Setelah itu, setelah dia sadarkan diri berikanlah dia sesuatu yang tak kau berikan pada cewek lain termasuk aku dan berikanlah dia apa yang telah kau berikan pada cewek lain. Kupikir itu yang membuatnya cemburu hingga seperti ini,” jelas Rhonda.

“Aku tahu! Aku lebih tahu! Aku ini kan pacarnya!” seru Tom.

“Oh iya, handphonemu ada perekam videonya, kan?”

Tom mengangguk kebingungan.

Hasil gambar untuk bandage

Source: d2b77qcn2ixk1b.cloudfront.net

Manda tersadar oleh belaian tangan Tom di rambutnya. Punggung dan kepalanya masih sakit. Yang teringat di memorinya hanyalah saat dia akan menggoreskan cutter pada Rhonda kemudian Onii-channya memanggilnya. Perlahan dia membuka kedua kelopak matanya.

“Onii-chan,” panggilnya lirih.

“Jangan banyak bicara dulu! Sekarang Manda-chan berada di UKS. Di kamar mandi tadi Manda-chan terbentur wastafel dan terjatuh. Beruntung Rhonda memberi pertolongan pertama, jadi tak banyak darah yang keluar. Dia juga yang mengikatkan pitanya untuk menghentikan pendarahan. Yah, karena UKS sedang kehabisan perban jadi tidak diganti,” jelas Tom.

Manda pun meraba pita yang melingkar di kepalanya itu.

“Oh ya, tadi yang bawa Manda-chan kesini Onii-chan lho. Tadi Onii-chan yang gendong Manda-chan. Haik, dozo, Onii-chan ada videonya. Rhonda yang merekamnya,” ujar Tom memutar video di handphone dan memperlihatkannya pada pacarnya.

Mata Manda tertuju pada video yang mempertontonkan dia digendong oleh Onii-channya akan tetapi pikirannya jauh menerawang.

Senpai no baka! Kenapa dia malah menolongku? Aku kan sudah akan menyakitinya. Baka! Baka! Baka! Pasti dia juga yang menyuruh Onii-chan buat gendong aku lalu merekamnya. Senpai juga pasti yang memakaikan pita di kepalaku ini. Baka!, setidaknya itu isi pikiran Manda yang sampai membuat air matanya jatuh membasahi pipinya.

“Pasti Rhonda-senpai juga yang …”

“Sst … yang berada di depan Onii-chan sekarang cuma Manda-chan. Jadi jangan ngomongin siapapun kecuali kita berdua aja. Oke?” pesan Tom mengedipkan sebelah mata dan menempelkan telunjuk di bibir pacarnya untuk menahannya bicara lebih lanjut.

Manda terkejut sesaat lalu mengangguk. Mereka pun membicarakan kenangan manis di masa lalu dan rencana indah di masa datang.

Desain lampu taman dengan tiang

Source: rumahdandesign.com

Dua bulan berlalu begitu cepat. Semua hal benar-benar kembali normal atau mungkin malah berubah lebih baik. Tom lebih banyak bergaul dengan teman-teman cowoknya. Manda menjadi lebih bertoleransi dengan cewek lain yang dekat dengan Onii-channya. Rhonda juga sibuk dengan latihan larinya. Dia hanya akan berhubungan dengan Tom saat urusan kepanitiaan saja. Di luar itu dia memperlakukan Tom seperti teman-teman cowoknya yang lain.

Malam ini adalah malam pentas seni. Segala rasa capai dan lelah terbayar sudah. Sekaran giliran panitia yang bekerja di hari H yang sibuk. Sie perizinan, humas dan publikasi dan dana usaha dapat sedikit beristirahat, termasuk Tom. Rencananya dia akan mengajak pacarnya menonton acara  kepanitiaannya itu dan akan memberikannya hadiah spesial. Tom telah berpakaian rapi dan wangi dengan kaos berbalut kemeja lengan pendek berwarna indigo polos tanpa dikancingkan serta bawahan jeans. Manda memakai rok terusan  ungu tua seperti yang dipakai tokoh kartun Jepang kesukaannya. Selama acara dua sejoli itu bersenang-senang menikmati alunan musik di panggung dan mengudap makanan ringan yang dijual di sana. Hingga mereka berpapasan dengan Thor dan Nanda.

“Yo, Bro. Pacaran melulu loe,” sapa Thor.

“Heh ngaca dong, Bro. Emangnya loe nggak pacaran juga apa? Eh, Rhonda nggak ikut?”

“Lagi di kamar mandi dia sama Ron.”

“EH?”

“Maksudnya dianter Ron, otak mesum,” tambah Thor.

“Yaudah kita duluan ya. Ayo, Manda-cha … Manda,” pamit Tom, yang diajak senyam-senyum.

Mereka berjalan menuju taman sekolah. Sesampainya di sana, taman itu tidak begitu sepi. Ada beberapa pasangan yang duduk di bangku. Temaram cahaya lampu taman cukup untuk melihat wajah masing-masing saat duduk di bawahnya. Tom mempersilakan pasangannya untuk duduk. Sejenak mereka melihat langit malam yang dihiasi ribuan rasi bintang dari capricorn hingga sagitarius. Setidaknya itu semua tetap membuat langit terlihat indah tanpa kehadiran sang rembulan yang masih malu-malu untuk terbit di ufuk timur.

Kawaine sora,” kagum Manda.

“Sekawai wajahmu,” puji Onii-channya sembari menyodorkan sesuatu.

“Donat kacang? Arigatou! Onii-chan satu, haik,” kata Manda membagi donatnya sama besar.

Mereka pun menikmati kudapan itu ditemani nyanyian jangkrik dan tarian kunang-kunang.

“Onii-chan! Belepotan, ih makannya,”  seru Manda mengelap sisa makanan di sekitar mulut pacarnya.

“Untung kamu tidak.”

“Memangnya kenapa?” heran Manda.

“Karena Onii-chan mau kasih ini …”

Bibir mereka berdua saling bertemu. Mata Manda terbelalak karena terkejut melihat Onii-channya memejamkan mata dan terlihat menikmati. Manda pun menyusulnya menutup kedua matanya menikmati bibir Onii-channya yang hangat dan basah. Ya. Seperti yang kalian duga. Mereka bercumbu. Agak lama mereka lalu berpelukan. Saling merasakan kehangatan satu sama lain.

“Inilah yang ingin Onii-chan berikan pada Manda-chan yang tak akan Onii-chan berikan ke cewek manapun kecuali kau, Manda-chan. Onii-chan nggak akan melepas Manda-chan dan tak akan lepas dari Manda-chan. Zutto. Zutto,” janji Tom.

“Aku pegang janjimu, Onii-chan,” jawab Manda.

Mereka pun melakukan “itu” lagi hingga tak sadar sedari tadi diperhatikan oleh dua orang yang duduk agak jauh di seberang mereka. Salah satu sedang curhat kepada yang lain tentang mereka berdua.

Di ujung lain taman tak jauh dari Tom dan Manda, Ron memberikan sapu tangannya pada Rhonda dan tak ada bagian lagi yang kering. Akhirnya dia pun meminjamkan pundaknya.

“Aku sudah kalah kan, Ron?” isak Rhonda.

“Yah, perasaan suka bisa datang kapan saja dan pergi kapan pun ia mau dan kurasa punyamu datang di saat yang tidak tepat. Terlambat lima tahun? Yang benar saja? Rasa suka yang tidak dibalas dan hanya menjadi bertepuk sebelah tangan. Lain kali jika kau tidak sedang menyukai orang lain dan ada seseorang yang menyukaimu setidaknya buatlah dia bahagia bersamamu walaupun hingga kau menyukai seseorang. Tidak ada salahnya, kan? Setidaknya dia merasa kalau perasaannya terbalas meski hanya sesaat. Dan sayangnya saat ini kau sedang menyukai Tom, ya? Berarti aku masih harus menyimpannya hingga kau berhasil move on,” pidato Ron diakhiri dengan mimik mupeng.

“Apa maksudmu Ron?” heran Rhonda.

“Artinya kau harus segera melupakannya dan menemukan orang lain. Sama seperti move on dari pundakku dan pindah ke pundak lainnya. Aku nggak bawa baju ganti, nih,” sesal Ron.

Kamu Memang Miliknya

Part 4 of 4

END

haik, dozo = ini, silahkan [bhs Jepang]

senpai no baka = dasar kakak bodoh [bhs Jepang]

kawai sora = langitnya bagus [bhs Jepang]

zutto = selamanya [bhs Jepang]

Leave a comment